Acara `tantingan` adalah pernyataan kesediaan dan kesiapan calon pengantin puteri yang dipersunting calon pengantin putera.
Dalam acara itu Sri Sultan HB X didampingi GKR Hemas. Sedangkan GKR Bendara didampingi tiga kakaknya GKR Pembayun, GKR Condro Kirono dan GKR Maduretno.
Sultan malam itu yang mengenakan baju surjan warna hijau, kuning dan hitam motif kembang-kembang serta kain dan blangkon motif truntum. Sedangkan GKR hemas mengenakan kebaya warna krem. Dalam prosesi itu juga dihadiri abdi dalem kaji (haji) atau penghulu/ulama kraton. Prosesi tantingan berjalan lebih kurang 20 menit.
"Anak ingsun Gusti Kanjeng Ratu Bendara, apa sliramu wis sumadya tak dhaupake karo abdi ingsun Kanjeng Pangeran Harya Yudanegara? (Anak saya Gusti Kanjeng Ratu Bendara, apakah kamu bersedia saya nikahkan dengan abdi saya Kanjeng Pangeran Harya Yudanegara?" tanya Sultan kepada putri bungsunya.
GKR Bendara kemudian menjawab, "inggih, (ya-red)".
Jawaban singkat yang menandakan kesiapannya GKR Bendara. Setelah itu abdi dalem penghulu kraton kemudian membacakan doa.
Proses ini sebagai kelengkapan administrasi untuk pernikahan.Pernyataan tersebut kemudian dicatat oleh petugas dari Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Keraton, Kota Yogyakarta yang didampingi penghulu kraton yang dipimpin KRT H. Dipodiningrat.
Selanjutnya GKR Bendara maju dihadapan Sultan dan melakukan sungkem di lutut kanan ayahandanya.
Usai tantingan, Sultan bersama permaisuri GKR Hemas menuju Kesatriyan untuk menemui calon pengantin putra serta meninjau kesiapan acara akad nikah besok. Di Kesatriyan, KPH Yudanegara turut serata menemui Sultan dan GKR Hemas. Turut hadir adik-adik Sultan seperti KGPH Hadiwinoto, GBPH Prabukusumo.
No comments:
Post a Comment